Minggu, 29 Juli 2012

Pernahkah kita Berfikir??

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa. Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur’an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saatterakhir untuk event yangmenyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur’an; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran.

Betapa setiap orang ingin masuk surga, Apakah kita pantas masuk Surga, atau kuatkah kita di neraka.......???

Kamis, 26 Juli 2012

Mengecilkan Pori-pori di Wajah Muslimah

Memiliki pori-pori wajah yang besar walaupun bukan merupakan suatu hal yang berbahaya secara medis, akan tetapi dapat mengganggu penampilan. Karenanya, banyak orang, pria dan wanita, yang berusaha keras supaya pori-pori di wajah mereka mengecil. Secara umum, yang lebih peduli terhadap masalah ini adalah kaum hawa, termasuk para akhwat, terutama yang sudah menikah.

Alasannya ? Apalagi kalau bukan untuk membuat suami semakin terpesona kepada istri tercinta. Melihat kondisi ini banyak perusahaan berinisiatif untuk membuat solusi kosmetik untuk mengecilkan pori-pori wajah, tentunya dengan basis bahan kimia sintetis. Namun tahukah ukhti, bahwa sebetulnya tidak perlu memakai obat kimiawi tersebut pun, pori-pori di kulit dapat mengecil dengan berbagai cara yang lebih alami? Berikut di antaranya : Masker Herbal Wortel Pori-pori yang besar di area wajah disebabkan oleh berbagai hal, antara lain karena masalah genetis, penuaan usia, dan atau kesalahan dalam memilih makanan.

Tapi jangan khawatir, karena hal tersebut bukan masalah yang tidak bisa diperbaiki. Salah satu cara yang dapat ukhti lakukan untuk mengatasi masalah pori-pori yang besar adalah dengan memakai masker herbal wortel di wajah ukhti. Mengapa wortel? Sebab seperti dijelaskan oleh Joni Loughran, penulis “Natural Skin Care”, wortel banyak mengandung vitamin A dan beta-karoten yang bersifat sebagai anti oksidan dan juga tonik untuk wajah, yang membantu untuk membersihkan jerawat dan membersihkan pori-pori yang tertutup oleh kotoran. Debu, kotoran, infeksi, dan juga kulit sel yang mati membuat pori-pori di wajah secara alami menjadi melebar. Hal inilah yang menyebabkan pori-pori menjadi besar dan terlihat tidak bersih.

Dengan memakai masker wortel yang telah dikukus dan dihaluskan, akan sangat membantu untuk membersihkan pori-pori yang tertutup oleh debu, di mana proses ini akan membuat pori-pori menjadi tertutup kembali. Selain itu, kosmetik herbal wortel akan menambah jumlah vitamin A di dalam tubuh, yang membantu menjaga kulit agar selalu segar dan sehat. Astringen (Cairan Pembersih) Mentimun Menurut Cait Johnson, salah seorang penulis ahli tentang kesehatan, mentimun dapat membantu untuk menyegarkan mata, mengurangi kadar minyak pada kulit wajah, dan membantu untuk menghilangkan lemak pada kulit wajah, yang dapat membantu untuk mengencangkan dan mengecilkan pori-pori pada wajah.

Cara untuk memakai terapi herbal yang satu ini adalah dengan mem-blender mentimun yang sudah dikupas, hingga menjadi lembut dan cair. Setelah itu, tempelkan olahan herbal mentimun tersebut ke wajah ukhti, dan diamkan selama sekira 15 menit. Setelah itu, silakan bersihkan wajah ukhti dengan air bersih dan perhatikan di cermin bagaimana kondisi pori-pori ukhti yang baru.

Vitamin C Salah satu hal lainnya yang bisa dilakukan untuk memperkecil ukuran pori-pori pada wajah ukhti adalah dengan banyak mengkonsumsi vitamin C. Kenapa vitamin C? Karena vitamin C adalah merupakan sebuah nutrien yang bersifat anti oksidan, yang dapat membantu untuk meningkatkan produksi kolagen, membantu untuk meningkatkan elastisitas kulit, membersihkan minyak dan juga membantu nutuk menghilangkan kotoran dari wajah.

Untuk mendapatkan vitamin C tidaklah susah, ukhti bisa mendapatkannya dari berbabagi buah seperti jeruk, kiwi dan apel. Selain itu beberapa jenis herbal sayuran juga mengandung vitamin C yang tinggi, seperti brokoli dan bayam misalnya. Klorofil (Zat Hijau Daun) Selain itu, ada baiknya juga jika ukhti mengkonsumsi dan memakai masker dari herbal yang mengandung klorofil. Seperti dijelaskan oleh Linus Pauling Institute (bagian dari Oregon State University) dapat membantu untuk menghilangkan toksin dari dalam tubuh dan membantu untuk meningkatkan jumlah aliran oksigen dalam darah yang salah satu efeknya membuat kulit lebih cerah.

Beberapa jenis herbal yang banyak mengandung klorofil adalah berbagai sayuran hijau, seperti berbagai jenis sayuran yang biasa dikonsumsi (bayam, kangkung, brokoli, dan lainnya). Perhatikan Asupan Zinc Terakhir, yang perlu ukhti lakukan supaya pori-pori mengecil adalah memperhatikan asupan Zinc (Seng) yang masuk ke dalam tubuh ukhti. Mengapa? Sebab asupan Zinc yang cukup terbukti akan dapat membantu untuk mengurangi produksi minyak pada kulit dan membantu untuk mengurangi jerawat. Perlu ukhti ketahui bahwa salah satu sebab terjadinya jerawat adalah dikarenakan pori-pori kita bengkak dan tertutup oleh kotoran, minyak dan sebagainya.

Dan seperti dijelaskan oleh hasil penelitian New York University Langone Medical Center, Zinc akan dapat membantu untuk mencegah pori-pori menjadi bengkak, yang merupakan salah satu penyebab munculnya jerawat sekaligus penyebab pembesaran pori-pori pada kulit. Untuk mendapatkan Zinc (Seng), ukhti dapat mencarinya pada herbal laut (seperti pada rumput lain), jamur, alfalfa, dan bayam. Cara yang baik untuk memakainya adalah dengan dibuat bubur (diblender) lalu dioleskan ke wajah dan didiamkan beberapa menit. Penutup dan Kesimpulan Demikian beberapa hal yang dapat ukhti lakukan untuk mengecilkan pori-pori wajah secara alami dan mudah. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat

Teladan Rasulullah untuk Para Suami

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي

Sebaik-baik kamu adalah orang yang terbaik buat kelauarganya, dan Aku adalah orang terbaik diantara kamu kepada keluargaku. (HR. Tirmidzi)


Rasulullah SAW adalah suri tauladan bagi manusia. Semua seluk beluk kehidupan Rasulullah SAW memancarkan sinar ilahi yang menjadi acuan bagi umatnya dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Disamping Allah SWT menuntun Rasulullah SAW dengan wahyu al-Quran, Allah menjadikan semua perilaku dan tasharrufat Rasulullah SAW itu sebagai wahyu yang teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah Saw memainkan semua peran kemanusian. Baginda adalah seorang suami yang mempunyai beberapa orang istri dan pendamping hidup. Sebagaimana juga Rasulullah SAW adalah seorang ayah dari putra-putri baginda. Dan dalam skop kenagaraan, Baginda adalah pemimpin dan kepala Negara yang bertugas mengatur rakyatnya dengan hukum-hukum yang datang dari Allah Swt. Rasulullah Saw juga seorang Murabbi dan Muwajjih yang menjadi pelita bagi masyarakat luas.

Hadits ini adalah panduan bagaimana seorang suami dalam menggauli istri mereka dengan baik. ianya merupakan panduan umum bagi seorang suami bagaimana berbuat dan menggauli para istri. Berbuat baik kepada istri mencakupi semua aspek, baik perlakuan, muamalah, perkataan, dll. Selain Rasulullah Saw menyuruh kaum lelaki agar berbuat baik kepada istri-istri mereka, Rasulullah menegaskan terlebih dahulu bahwa Baginda adalah orang terbaik dalam menggauli istri-istrinya.

Menggauli istri dengan baik bisa berupa dengan menggunakan kata yang lemah lembut dengan mereka, memanggil mereka dengan nama kesenangan yang disukai oleh istri, memberikan pendidikan dan tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari, dan bentuk-bentuk lainya agar seorang istri merasakan bahwa dia dihormati dalam pergaulan rumah tangga. Diantara hadist Rasululllah lainya yang berkaitan erat dengan menggauli istri dengan baik adalah bahawa Baginda memberikan sebuah perumpamaan bahwa seorang wanita itu adalah ibarat tulang rusuk yang bengkok. Jika kaum lelaki ingin meluruskan tulang itu dengan paksaan dan kekerasan maka patah lah tulang tersebut. Akan tetapi Baginda memberikan tuntunan agar kaum lelaki meluruskan tulang rusuk yang bengkok itu dengan lemah-lembut tanpa merusaknya.

Hakikat ini sangat sesuai sekali dengan psikologi wanita yang suka dengan kelembutan dan benci dengan kekerasan. Sifat semula jadi (sesuai fitrah) ini tumbuh dan pada wanita karena mereka memang diciptakan untuk hal-hal yang lembut dan lunak. Tugas mereka dalam rumah tangga misalnya adalah merawat anak-anak dan menjaga kehormatan suami di rumahnya. Sedangkan kaum lelaki dalam sifat semula jadi diciptakan untuk berusaha, mencari nafkah, membiayai kehidupan orang yang berada dibawah tanggungan nya, dll.

Sebagai pengajaran bagi hamba mukmin agar bersifat baik dan lemah lembut kepada istrinya adalah bahwa sifat lemah lembut adalah diantara nama Allah Swt. Dialah zat yang maha lembut dan maha mengetahui. Allah Swt berfirman:

إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
Sesungguhnya Allah Swt maha lembut lagi maha mengetahui.

Kebaikan Rasulullah Saw kepada para istrinya adalah bahwa baginda selalu menziarahi semua istri nya setiap hari, dan baginda tidak membeda-bedakan mereka dalam interaksi. Bahkan kelembutan Rasulullah Saw sampai pada sebuah cinta dan kemesraan dengan istrinya, terkadang dia mandi bersama istrinya dan bercengkrama dengan istrinya dengan kata-kata yang lembut. Untuk melihat lebih jelas bagaimana kemesraan Rasulullah Saw dengan istrinya, marilah kita semak sebuah riwayat yang diceritakan oleh salah seorang Ummahatul Mukminin (panggilan untuk istri-istri Rasulullah) berkata:

كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُوْلُ اللهِ صَلًّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ بَيْنِي وَبَيْنَهُ وَاحِدٌ، فَيُبَادِرُنِي حَتَّى أَقُوْلَ: دَعْ لِي، دَعْ لِي
Aku mandi dengan Rasulullah Saw dari satu baldi (ember), lantas Rasulullah Saw mendahuluiku menimba air, sehingga akupun berkata: Sisakan air untuk ku, sisakan!.

Sungguh mesra dan indahnya rumah tangga Rasulullah Saw, penuh tawa dan cinta. Dalam tulisan singkat ini marilah kita para suami berusaha hal yang terbaik bagi istri kita. Karena kalau kita berfikir sejenak, sungguh tidak masuk akal adanya jika seorang suami berlaku kasar tanpa sebab kepada istrinya, karena siapakah yang menyiapkan makanan suami selama ini? Kepada siapa seorang suami menunaikan hajat nafsu dan birahinya melainkan pada istrinya.

Wahai Para Istri, Menaati Suami adalah Kunci Surga

Syariat Islam telah mengatur hak suami terhadap istri dengan menaatinya. Istri harus menaati suami dalam segala hal yang tidak berbau maksiat, berusaha memenuhi segala kebutuhannya sehingga membuat suami ridha kepadanya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits pernah bersabda, “Jika seorang istri melakukan shalat lima waktu, puasa di bulan ramadhan, memelihara kemaluannya dan menaati suaminya, niscaya dia akan memasuki surga Tuhannya.” (HR. Ahmad).

Bahkan dalam hadits lain disebutkan, “Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Khalik (Sang Pencipta).” (HR. Ahmad). Oleh karena itu, seorang istri harus menuruti perintah suaminya. Jika suami memanggilnya, maka dia harus menjawab panggilannya. Jika suami melarang sesuatu maka dia harus menjauhinya.
Jika suami menasihatinya maka dia harus menerima dengan lapang dada. Jika suami melarang tamu yang datang, baik kerabat dekat maupun jauh, baik dari kalangan mahram ataupun tidak, untuk masuk rumah selama dia bepergian, maka istri wajib mematuhinya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Ketahuilah bahwa kalian mempunyai hak atas istri kalian dan istri kalian juga mempunyai hak atas kalian. Adapun hak kalian atas istri kalian adalah tidak mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian.” (HR. At-Tirmidzi)
 Istri Yang Taat Istri yang taat adalah istri yang mengetahui kewajibannya dalam agama untuk mematuhi suaminya dan menyadari sepenuh hati betapa pentingnya mematuhi suami. Istri harus selalu menaati suaminya pada hal-hal yang berguna dan bermanfaat, hingga menciptakan rasa aman dan kasih sayang dalam keluarga agar perahu kehidupan mereka berlayar dengan baik dan jauh dari ombak yang membuatnya bergocang begitu hebat. Sebaliknya, Islam telah memberikan hak seorang wanita secara penuh atas suaminya, di mana Islam memerintahkannya untuk menghormati istrinya, memenuhi hak-haknya dan menciptakan kehidupan yang layak baginya sehingga istrinya patuh dan cinta kepadanya.
Kewajiban menataati suami yang telah ditetapkan agama Islam kepada istri tidak lain karena tanggung jawab suami yang begitu besar, sebab suami adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan dia bertanggungjawab atas apa yang menjadi tanggungannya. Di samping itu, karena suami sangat ditekankan untuk mempunyai pandangan yang jauh ke depan dan berwawasan luas, sehingga suami dapat mengetahui hal-hal yang tidak diketahui istri berdasarkan pengalaman dan keahliannya di bidang tertentu.

Istri yang bijaksana adalah istri yang mematuhi suaminya, melaksanakan perintahnya, serta mendengar dan menghormati pendapat dan nasihatnya dengan penuh perhatian. Jika dia melihat bahwa di dalam pendapat suaminya terdapat kesalahan maka dia berusaha untuk membuka dialog dengan suaminya, lalu menyebutkan kesalahannya dengan lembut dan rendah hati. Sikap tenang dan lembut bak sihir yang dapat melunakkan hati seseorang. Ketaatan kepada suami mungkin memberatkan seorang istri. Seberapa banyak istri mempersiapkan dirinya untuk mematuhi suaminya dan bersikap ikhlas dalam menjalankannya maka sebanyak itulah pahala yang akan didapatkannya, karena seperti yang dikatakan oleh para ulama salaf, “Balasan itu berbanding lurus dengan amal yang dilakukan seseorang.” Tidak diragukan bahwa istri bisa memetik banyak pahala selain taat kepada suami seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya, namun pahala yang didapatkannya tidak sempurna jika tidak mendapatkan pahala dalam menaati suaminya, menyenangkan hatinya dan tidak melakukan sesuatu yang tidak disukainya.

Anda mungkin menemukan benih-benih kesombongan mulai merasuki istri anda, maka ketika itu hendaklah anda berlapang dada kemudian menasihatinya dengan sepenuh hati. Layaknya sebuah perusahaan, pernikahan juga akan mengalami ancaman serius berupa perselisihan dan sengketa antara individu yang ada di dalamnya. Suami adalah pelindung keluarga berdasarkan perintah Allah kepadanya, maka dialah yang bertanggungjawab dalam hal ini. Sebab, keluarga adalah pemerintahan terkecil, dan suamilah rajanya, sehingga dia wajib dipatuhi. Allah Ta’ala telah berfirman, “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya.” (QS. An-Nisaa` [4] : 31) Batas-batas ketaatan Kewajiban istri untuk menaati suaminya bukan bukan ketaatan tanpa batasan, melainkan ketaatan seorang istri yang shalih untuk suami yang baik dan shalih, suami yang dipercayai kepribadiannya dan keikhlasannya serta diyakini kebaikan dalam tindakannya. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidak ada ketaatan dalam hal berbuat maksiat akan tetapi ketaatan adalah pada hal-hal yang baik.” (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Abu Daud).

Ketaatan istri ini harus dibarengi oleh sikap suami yang suka berkonsultasi dan meminta masukan dari istrinya sehingga memperkuat ikatan batin dalam keluarga. Konsultasi antara suami dan istri pada semua hal yang berhubungan dengan urusan keluarga merupakan sebuah keharusan, bahkan hal-hal yang harus dilakukan suami untuk banyak orang. Tidak ada penasehat yang handal melebihi istri yang tulus dan mempunyai banyak ide cemerlang untuk suaminya. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam suka berkonsultasi dengan istri-istrinya dan mengambil pendapat mereka dalam beberapa hal penting. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berskonsultasi kepada istrinya, Ummu Salamah pada kondisi yang sangat penting di kala para shahabat enggan menyembelih unta dan mencukur rambutnya.

Ketika itu Ummu Salamah meminta Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk melakukannya terlebih dahulu dan tidak berbicara kepada siapapun. Demi melihat hal itu, para shahabat pun melakukannya. Sungguh pendapat Ummu Salamah sangat brilliant! Akhirnya, kita dapat memahami bahwa Islam telah mengatur hak-hak suami-istri. Jika masing-masing pasangan melaksanakannnya dengan cara terbaik tentu kehidupan rumah tangga akan bahagia, namun jika hak tersebut disalahgunakan dan tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka hal itu dapat menggagalkan sebuah ikatan perkawinan. Intinya adalah mengikuti Al-Qur`an dan hadits dalam menjalankan bahtera pernikahan sehingga tercipta keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Amiin.

Keluarga Bahagia Bukanlah Keluarga Tanpa Masalah

Sumber bersamadakwah.com :
Sesungguhnya, keluarga tanpa masalah tidak pernah benar-benar ada. Suami istri bukanlah pasangan malaikat (dan malaikat memang tidak berpasangan).

Keduanya adalah manusia yang kadang berbeda karakter dan sering kali berbeda pendapat. Tidak jarang suami istri terlibat saling menyalahkan, dan di sisi lain syetan selalu menggoda manusia.

Keluarga bahagia bukanlah keluarga tanpa masalah, tetapi keluarga bahagia adalah keluarga yang mampu memecahkan masalah. Jika niat awal menikah untuk mencapai ridha Ilahi, maka dalam perjalanannya ketika menghadapi masalah, solusinya pun harus solusi islami.

Maka seorang suami akan memandang masalah yang terjadi bukanlah bersumber dari istrinya. Demikian pula sang istri tidak mempersepsikan suaminya sebagai biang masalah. Hal terpenting dalam menyelesaikan masalah keluarga adalah komitmen menjalankan konsep Islam. Kesalahan memahami posisi suami menjadikan sebagian laki-laki merasa memiliki otoritas tak terbatas kepada istrinya. Sementara sebagian wanita beranggapan bahwa kefeminimannya adalah permainan bagi laki-laki.

Persepsi ini membuat suami istri sulit untuk hidup dalam nuansa saling menasehati dan bermusyawarah atas permasalahan yang terjadi. Padahal diantara poin utama ajaran Islam adalah semangat syura, musyawarah. Termasuk dalam kehidupan berkeluarga. Dengan adanya tujuan yang sama dan referensi pemecahan masalah yang sama, kebahagiaan berkeluarga lebih mudah direalisasikan. Tujuan yang sama –dengan ridha Ilahi sebagai tujuan terbesar- menjadikan suami istri mampu mengatasi segala permasalahan yang kelaki datang menyapa biduk pernikahan.

Sekaligus mampu meminimalisir tekanan yang mungkin timbul. Referensi pemecahan masalah yang sama, dengan menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai undang-undang utama, membuat suami dan istri merasakan keadilan dalam setiap keputusan dan menanggalkan ego yang justru bisa mengancam utuhnya bahtera rumah tangga. Hak ketiga untuk merealisasikan kebahagiaan adalah bersifat realistis, yakni dengan menerima kesalahan suami atau istri yang telah terjadi dan memaafkannya setelah ia menyadari serta berkomitmen akan memperbaikinya.

Realistis juga berarti saling memahami karakter pasangan kita dan latar belakangnya. Mendapati suatu hal yang menurut kita masalah, tidak serta merta memandangnya sebagai kesalahan. Tetapi hal pertama yang kita tanyakan adalah mengapa terjadi demikian atau adakah latar belakang yang menjadi dasar hingga hal itu terjadi atau mengapa pasangan kita melakukannya.

Jika kita mau melihat kehidupan rumah tangga Rasulullah, sungguh kita akan mendapati perlakuan beliau kepada istri-istrinya sangat sesuai dengan karakter dan keadaan masing-masing istrinya. Aisyah yang saat itu masih muda, ia adalah istri yang paling “manja”. Maka Rasulullah pun menyediakan dirinya sebagai tempat bermanja. Pun saat Aisyah cemburu dan memecahkan tempat minum sewaktu Rasulullah sedang bersama sahabatnya.

Rasulullah tidak berbalik marah, beliau hanya meminta maaf kepada sahabatnya jika merasa terganggu atas hal itu seraya mengatakan, “ibu kalian sedang marah.” Subhaanallah, mulia dan indahnya. Bisakah kita?

5 Langkah Mengatasi Anak Pemalu



Sumber KOMPAS.com — Orangtua kerap merasa kebingungan untuk mengatasi anak mereka yang punya sifat pemalu. Jika selalu membantu sang anak untuk mengatasi rasa takut dan malu saat bertemu orang baru, Anda pasti khawatir akan perkembangan kehidupan sosialnya di masa depan.

Selain itu, anak-anak juga akan selalu tergantung pada orangtuanya. Anak-anak pemalu cenderung membatasi pengalaman mereka, tidak mengambil risiko sosial yang diperlukan, dan hasilnya mereka tidak akan memperoleh kepercayaan diri dalam berbagai situasi sosial. Namun, ada beberapa cara yang bisa dilakukan orangtua agar anak-anak merasa lebih nyaman dalam kelompok, yakni mempraktikkan keterampilan kompetensi sosial dan membuatnya tak menjadi anak pemalu.

1. Gunakan kontak mata. Saat bicara dengan anak, biasakan untuk selalu menggunakan kontak mata langsung. Secara tak sadar, hal ini akan memperkuat rasa percaya diri anak. Adanya kontak mata saat menghadapi lawan bicara akan menimbulkan kepercayaan diri bagi seseorang. Namun, jika anak tak nyaman saat melakukan kontak mata, ajarkan dia untuk bicara sambil menatap hidung lawan bicaranya. Dengan beberapa kali latihan seperti ini, lama-kelamaan rasa percaya dirinya akan meningkat dan teknik ini tak lagi dibutuhkan.

2. Ajarkan percakapan pembuka dan penutup. Buatlah sebuah daftar kalimat untuk membuka dan menutup percakapan untuk berbagai kelompok seperti, orang yang belum pernah ditemui, orang yang sudah dikenal, seorang teman baru, dan lainnya. Kemudian latihlah mereka untuk berbicara saling berhadapan dengan berbagai tipe lawan bicara yang mungkin ditemuinya. Melatih kemampuan dan keberanian secara langsung dengan lawan bicara akan jauh lebih berhasil untuk mengurangi rasa malu anak dibandingkan dengan pembicaraan di telepon.

3. Melatih dalam berbagai situasi sosial. Jika kebetulan Anda menghadiri acara yang tidak terlalu formal dan diperbolehkan membawa anak, ajaklah dia dalam acara tersebut sekaligus melatihnya untuk menghilangkan rasa canggung dan malu. Siapkan anak untuk menghadapi acara tersebut dengan menjelaskan situasi yang kemungkinan akan terjadi, begitu juga mengenai orang yang akan mereka temui, sampai apa yang Anda harapkan dari si kecil. Hal ini bertujuan untuk membuatnya nyaman dan lebih mengenal situasi acara karena anak-anak akan lebih nyaman dan lebih berani ketika mereka sudah mengenal sebuah tempat dan acaranya terlebih dahulu. Kemudian bantu ia untuk berlatih saat bertemu orang baru, mengenal table manner, keterampilan percakapan, sampai mengucapkan selamat tinggal.

4. Berlatih dengan anak yang lebih muda. Philip Zimbardo, psikolog yang kerap menangani masalah menghadapi rasa malu, merekomendasikan sebuah cara untuk mengatasi rasa malu pada anak-anak. Caranya dengan mengelompokkan anak pemalu dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Secara tidak langsung mereka akan memulai percakapan dan secara naluri akan membuat mereka lebih percaya diri karena dia merasa lebih dewasa dan bisa melindungi adik-adiknya.

5. Gunakan metode "one on one". Dr Fred Frankel, psikolog dari UCLA Social Skills Training Program, menyarankan, untuk mengatasi rasa malu pada anak, gunakan metode one on one sebagai cara untuk membangun kepercayaan sosial. Ini adalah suatu metode Anda mengundang seorang anak lain untuk bermain bersama anak Anda selama beberapa jam. Hal tersebut bertujuan agar mereka mengenal satu sama lain, dan melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berteman.

Doa ketika keluar rumah

"Dengan nama Allah aku bertawakkal kepadaNya dan tiada daya serta upaya kecuali dengan keizinan Allah".